Minggu, 26 April 2015

Formula Suppo Opii Pulvis



I.       FORMULA ASLI                       : OPII PULVIS
II.      MASTER FORMULA  
Nama Produk                            : BESEPIUM  SUPPOSITORIA REKTAL
Jumlah Produk                          : 6 Suppositoria @ 1 Strip
No. Registrasi                            : DNL 1320100153 A1
No. Batch                                   : D 320111

Tiap 2 g Suppositoria Mengandung  :
Opii Pulvis ( Zat Aktif )             : 100 mg
α – Tocoferol ( Antioksidan )   : 0,05 %
Oleum Cacao                ad          2 gram

PABRIK
PT. BELEVEN FARMA
NAMA PRODUK
BESEPIUM SUPPOSITORIA REKTAL
Tanggal Produk
Master Formula Suppositoria
Dibuat Oleh Kelas B.11
Disetujui Oleh
Kode Bahan
Nama Bahan
Per Dosis (mg)
Per Batch (mg)
Opium – Z.A
Opium Pulvis
100 mg
600 mg
Alpa – Z.T
Alpa Tocoferol
1 mg
6 mg
Ol. C – Z.T
Oleum Cacao
1889 mg
1139 mg


III.    ALASAN PENAMBAHAN BAHAN
a.    Opium ( Zat Aktif )
1.    Menurut  Obat-obat Penting, hal 350
Candu atau opium adalah getah yang dikeringkan dan diperoleh dari tumbuhan Papaver somniverum (Yang menyebabkan tidur )
2.    Menurut RPS, Hal 1098
Opium diperoleh dengan cara pengeringan dari tumbuhan Papaver somniverum yaitu dari jenis album de candoile yang mengandung tidak kurang dari 9,5% morfin.
Telah digunakan sebagai obat pada beberapa Negara, pada penelitian yang bernama Sertuner pada taun 1817 telah diketahui bahwa obat ini termasuk golonga alkaloid.
3.    Menurut Farmakologi dan Terapi Edisi V Hal 210
Analgesic opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. Opium yang berasal dari getah Papaver somniverum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan papaverin. Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain.
4.    Menurut At a Glance Farmakologi Medis Edisi V hal 64
Analgesic opioid adalah obat yang menyerupai opioid endogen dan menyebabkan aktifitas reseptor opioid yang memanjang. Hal tersebut menyebabkan analgesia, depresi nafas, euphoria dan sedasi.
b.    Oleum Cacao ( Zat Tambahan )
1.    Menurut Lachman 3, hal 1168
Minyak coklat merupakan basis suppositoria yang paling banyak digunakan, minyak coklat seringkali digunakan dalam resep-resep pencampuran bahan-bahan obat bila basisnya tidak dinyatakan apa-apa. Sebagian besar minyak coklat memenuhi persyratan basis ideal, karena minyak ini tidak berbahaya , lunak, tidak reaktif, serta meleleh pada teperatur tubuh.
2.    Menurut C. Ansel Edisi IV Hal 582
Oleum Cacao, USP, Didefinisikan sebagai lemak yang diperoleh dari biji Theobroma cacao yang dipanggang. Karena oleum cacao meleleh antara 300C Sampai 360C. Merupaka basis suppositoria yang ideal, yang dapat melumer pada suhu tubuh tetapi tetap dapat bertahan sebagai bentuk padat  pada suhu kamar biasa.
3.    Menurut Goeswin Agoes, hal 338
Minyak coklat berupa padatan berwarna kuning putih berbau coklat, terdiri atas campuran ester gliseril stearat, palmitat, oleat dan asam lemak lainnya. Keuntungan basis oleum cacao :
a)  Rentang suhu lebur antara 300C – 360C (sehingga berbentuk padat pada temperature kamar dan melebur pada suhu tubuh)
b)  Segera melebur jika dihangatkan dan cepat kembali ke keadaan awal jika dibiarkan mendingin.
c)  Dapat tercampur dengan banyak kompenen.
d)  Cukup menyenangka dan tidak merangsang.
4.    Menurut Farmakope Belanda, hal 380
Minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan panas dari biji yang dipanggang dari Theobroma cacao, yang telah dihilangkan kulir bijinya. Benda putih kekuning-kuningan yang berbau coklat dan rasany halus, yang pada suhu dibawah 250C menjadi rapuh tetapi diatasnya menjadi lunak atau cair.
c. α – Tocoferol (Bahan Oksidan)
1.    Menurut Excipient Edisi VI, hal 31
Alpa tocoferol mempunyai nilai dalam lemak atau basis lemak produk farmaseutica dan normal digunakan dalam konsentrasi antara 0,001% - 0,05%.
2.    Menurut Lachman 3, hal 1191
Umumnya penelitian keliru tentang istilah keasaman lemak dan ketengikan. Adanya asam-asam lemah bebas dalam jumlah besar belum tentu menunjukan ketengikan atau produk seperti itu dapat menjadi tengik. Ketengikan disebabkan autoksidasi.
3.    Menurut Obat-obat penting, hal 233
Vitamin E dalam membrane sel memegang peranan khusus, yaitu pada perlindungan terhadap kerusakan otot selama gerakan tubuh dan olahraga. Pada semua proses metabolism tubuh terutama dengan reaksi oksigen membentuk molekul-molekul dengan electron dikulit luarnya zat –zat ini dinaakan radikal bebas.
4.    Menurut RPS 18th, Hal 1008
Alpa tocoferol sebagai sutu oksidan yang mempunyai kekuatan oksidan yang besar. Oleu cacao adalah lemak tak jenuh yang pada penyimpanan dapat mejadi tengik, yang merupakan ketengikan oksidatif, sehinggga dengan adanya tocoferol dapat mecegah oleum cacao teroksidasi.
IV.        URAIAN  BAHAN
a.    Opium (Depkes RI edisi III hal 462)
Nama resmi                      : OPII PULVIS
Nama lain                         : Serbuk Opium
Pemerian                   :iserbuk coklat muda mengandung                                          zarah coklat kekuningan atau merah                                          kecoklatan bau khas, sangat pahit.
Penyimpanan                  :idalam wadah tertutup rapat, tidak                                          tembus cahaya.
Kegunaan                                    : Narkotikum
Dosis maksimum             : Sekali 200 mg, sehari 500 mg
b.    Oleum cacao (Depkes RI edisi III, hal 453)
Nama resmi                      : OLEUM CACAO
Nama lain                         : lemak coklat
Pemerian                         :ilemak padat, putih kekuningan, bau                                          khas aromatik, rasa khas lemak,                                          agak rapuh.
Kelarutan                          :iSukar larut dalam etanol (95%) P,                                         mudah larut dalam kloroform P,                                         dalam eter P, dan dalam eter minyak                                         tanah.
Suhu lebur                                   : 310C – 340C
Khasiat                              : zat tambahan
c.    α-Tokoferol ( Depkes RI edisi III, hal 606)
Nama resmi                      : TOCOPHEROLUM
Nama lain                         : Tokoferol, Vitamin E
Rumus molekul               : C24H50O2
Berat molekul                   : 430,372
Pemerian                          : praktis tidak berbau an tidak berasa,                                          bentuk α-tokoferol dan α-toseovena,                                          asetat, berupa minyak kental jernih,                                          warna kuning kehijauan dan α-                                         tokoferol dapat terbentuk pada suhu                                          dingin.
Kelarutan                          : tidak larut dalam air, sukar larut dalam                                         Ilarutan alkali; larut dalam etanol                                           (95%) P, dalam eter P, dalam                                          aseton P, dan dalam minyak nabati;                                           sangat mudah larut dalam klorofotm P.
Inkampabilitas                  : Bahan pengoksida (Excipient edisi V,                                           hal 32)
Khasiat                              : Antioksidan dan vitamin E
Ranges                             : 0,001-0,05 % (Excipient Edisi V hal 31)
Stabilitas                           :ITokoferol teroksidasi lambat dalam                                          atmosfer, oksigen dan garam perak                                          trimers, tokoferol hasil oksidasi                                           tokoperoksida, tokoperoquinoni                                           danitocophyrandquinon,                                           dimasukkan dengan baik 2 atau 3                                           bulan, ester tokoferol digunakan                                          sebagai antioksidan.
V.        FARMAKOLOGI OPIUM PULVIS
1.    Farmakodinamika ( Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 213)
Opioid menimbulkan analgesia dengan cara berikatan dengan reseptor opioid yang terutama didapatkan di SSP dan medulas pinalis yang berperan pada transmisi dan modulasi nyeri. Ketiga jenis reseptor utama yaitu Muh, Delta, dan Kappa banyak didapatkan pada kornudorsalis, medulaspinalis. Reseptor didapatkan baik pada saraf yang mentransmisi nyeri di medulaspinalis. Pemberian angonis opioid kemedulaspinalis akan menimbulkan analgesia setempat , sedangkan efek samping sistemik karena pengaruh supraspinal minimal. Opioid yang diberikan secara sistemik umumnya bekerja baik pada tingkat spinal maupun supraspinal sehingga meningkatkan khasiat analgesiknya.
2.    Farmakokinetika
Mula kerja semua alkaloid opioid setelah suntikan intravena sama cepat, sedangkan setelah suntikan subcutan, absorpsi berbagai alkaloid opioid berbeda-beda. Setelah pemberian dosis tunggal, sebagai morfin mengalami konyugasi dengan asam glukoronat dihepar , sebagian dikeluarkan dalam bentuk bebas dan 10% tidak diketahui nasibnya. Ekskresi morfin terutama melalui ginjal.

VI.     PERHITUNGAN BAHAN
a.    OPII PULVIS 100 mg
Per dosis       = 100 mg
Per batch       = 100 mg x 6
                        = 600 mg
b.    - tokoferol 0,05%
Per dosis       = 2 gram        = x 2.000 mg
                                                            = 1 mg
Per batch       = 1 mg x 6     
                        = 6 mg
c.    Oleum Cacao ad 2 gram = 2.000 mg
Per dosis       = 2.000 mg - (100 mg + 1 mg)
                        = 2.000 mg – (101 mg)
                        =1.899 mg
                        = 1, 899 gram
Per batch       = 2.000 mg – ( 600 mg + 6 mg )
                                    = 2.000 mg – 606 mg
                                    = 1.139 mg
                                    = 1,139 gram
Untuk - Tokoferol
            1 kapsul         = 100 UI
            1 mg               = 1,49
Ø  67,1 mg          = 100 UI
Untuk 6 gram= diperlukan basis
x 4 mg      = 50 mg
Ø  6 t                    = 3355 mg
       t                      = 559.7
Ø  1 kapsul dileburkan dalam 558,7 mg basis dari 559,7 memasang timbangan 50 mg.









VII.      CARA KERJA
Metode Peleburan
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Dikalibrasi cetakan menggunakan basis oleum cacao
3.    Ditimbang basis,kemudian di buat pengenceran minyak coklat, dengan cara di lelehkan pada suhu 340-350 C
4.    Ditimbang Opii pulvis, kemudian digerus, Dimasukkan opii pulvis ke dalam basis yang mengandung alfatokoferol, dilebur di atas penangas air.
5.    Massa  dituang ke dalam cetakan hingga melebihi sedikit dari permulaan.
6.    Didiamkan sebentar pada suhu kamar (250-300 C).
7.    Kemudian dimasukkan dalam lemari pendingin
8.    Dikeluarkan dan di cetak
9.    Kemudian di kemas, dan di beri etiket dan brosur.
 
  
VIII.       ETIKET

Komposiosi :
Tiap suppositoria mengandung
Opii Pulvis              100 mg
Zat Tambahan          Qs

Indikasi :Untuk menurunkan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan  analgesik monoploid, berguna untuk menghentikan diare berdasarkan efek langsung terhadap otot polos usus.

No. Reg    : DNL 1320010I53A1
No. Batch : B 201011



Simpan pada suhu 250C-300C

          PT.BELEVEN FARMA

MAKASSAR-INDONESIA




BESEPIUM

OPII PULVIS 100 mg



ISI :1 STRIP @ 6 SUPPO




IX.       BROSUR
BESEPIUM Rektal
Opii Pulvis 100 mg
Suppositoria Rektal

Komposisi :
 Tiap Suppositoria mengandung
Opii Pulvis                              100 mg
Zat Tambahan                          Qs

Indikasi :
Untuk menurunkan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan  analgesik monoploid,berguna untuk menghentikan diare berdasarkan efek langsung terhadap otot polos usus.

Kontra indikasi :
Depresi Pernafasan akut, alkoholisme akut, pening-pening dan tekanan otak atau depresi otak

Efek Samping :
Menyebabkan mual dan muntah terutama pada wanita. Reaksi alergi dapat timbul gejala seperti urtikorid eksantem, dermatitis kontak dan bersin

Perhatian :

 “ Basahi sebelum dipakai “

                   
Dosis :
 dewasa : 1 suppositoria dalam sehari

No. Reg.   :  DNL  1320100153A1
No. Bets   :    B  201011

Simpan pada suhu 250C-300C
Jauhkan dari jangkauan anak-anak


Diproduksi oleh:
PT BELEVEN Farma
Makassar-Indonesia

HARUS DENGAN
RESEP DOKTER






DAFTAR PUSTAKA
C, Ansel, Howard, 2008 “ Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi “. UI-press                                 Jakarta
Dirjen Pom  1979  Farmakope Indonesia Edisi III “. Depkes RI : Jakarta
Dirjen Pom  1995 “ Farmakope Indonesia Edisi  IV “. Depkes RI : Jakarta
Ganiswarna, Sulistio 2008 “ Farmakologi dan Terapi Edisi IV “. FKUI :                                 Jakarta
Gennaro, alfonso 1990 “ Remington’s Pharmaceutical  Sciences 1 “ Maek                                 Publishing Company : Gasion
Hoanijay, tan 2006 “ Obat-obat Penting “. Clex Media Compotindo :                                 Jakarta
Hardjasaputra, purwanto 2008 “ Daftar Obat Indonesia “. Pt. Mulia Purna                                 Jaya Terbit : Jakarta
Jenking, glenn 1957 “ Scoville’s The Art o Of Compounding “.Me Graw.Will                                 Book Company : London
Kasim, fauzi 2010 “ Informasi Spesitive Obat “ PT. isfi : Jakarta
Lachman, leon 1994 “ Teori dan Praktek Farmasi Industri III “ Universitas                                Indonesia Jakarta
Lieberman, Herbert 1989 “ Pharmaceutical Dosege Farmasi Tablet                                Vitamin 1 Marcell Dokter,inc : New York
Parrot, Eugene 1989 “ Pharmaceutical Tehnologi Farmasi “ Burgess                                Publishing Company : Low city
Voigh, Rudolf 1995 “ Buku Pelajaran Tehnologi Farmasi “ Gadja Madah                                 University Press Yogyakarta